Berikut Cara Mudah Budidaya Tanaman Sereh Wangi

Tanaman sereh wangi adalah salah satu tanaman penghasil atsiri yang cukup penting di Indonesia. Teknik budidaya adalah salah satu faktor penentu bagi keberhasilan usaha tani, disamping faktor lingkungan juga ikut menentukan kelanjutan usaha budidayanya. Tanaman serai wangi sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Tanaman serai wangi mempunyai bentuk daun yang lebih lebar dibandingkan bentuk serai wangi biasa. Daunnya membentuk rumpun yang lebih besar dengan jumlah batang lebih banyak. Warna daun lebih tua (hijau tua), sementara serai biasa berdaun hijau muda rada kelabu. Berikut beberapa cara mudah budidaya sereh wangi.

1. Syarat Tumbuh

Pertumbuhan tanaman serai wangi dipengaruhi oleh kesuburan tanah, iklim dan tinggi tempat diatas permukaan laut, dan tumbuh di berbagai jenis tanah baik di dataran rendah atau dataran tinggi hingga ketinggian 1.200 m dpl, dengan ketinggian tempat optimum 250 m dpl. Untuk pertumbuhan daun yang baik dibutuhklan iklim yang lembab, sehingga pada musim kemarau pertumbuhannya menjadi rada lambat. Tanaman pelindung berpengaruh kurang baik pada produksi daun dan kadar minyaknya. Secara dasarnya serai wangi tumbuh baik pada tanah gembur hingga  liat dengan pH 5,5 – 7,0. Dengan curah hujan rata-rata 1.000 – 1.500 mm/tahun dengan bulan kering 4 - 6 bulan, produksi daun menjadi turun namun rendemen dan mutu minyak meningkat (Zainal et al., 2004)

Baca Juga:

2. Persiapan Lahan

Jika lokasi lahannya yaitu semak belukar cukup dibabat, dibakar dan langsung dibajak. Sesudah pembukaan lahan dilakukan pengajiran lubang tanam. Jarak tanam ditanah yang subur 100 x 100 cm, sementara di tanah yang kurang subur 75 x 75 cm. Ukuran lubang tanaman yaitu 30 x 30 x 30 cm. Penanaman serai wangi dapat juga dilakukan dengan sisitem parit, ukuran lebar dan dalam parit sama seperti sistem lubang. Pada lahan yang topografinya lereng, sebaiknya barisan lubang atau parit tanam searah kountour. Penanaman serai wangi pada kemiringan lahan 25 - 30º dengan curah hujan 3.500 mm/th, sebaiknya menggunakan terasering dan pertanaman secara pagar.

3. Penanaman

Seminggu sesudah penyemprotan herbisida penanaman sudah dapat dilakukan. Penanaman sebaiknya dilakukan di awal atau diakhir musim hujan untuk menghindari penyiraman. Bibit yang ditanam pada musim hujan akan tumbuh dengan cepat. Bibit serai wangi ditanam 1 atau 2 batang per lubang tanam. Jika ukuran batang bibit yang akan ditanam cukup besar, cukup ditanam 1 batang per lubang, namun jika kecil-kecil ditanam 2 batang per lubang. Penanaman dilakukan hingga sedikit diatas pangkal batang, kemudian tanah disekitar bibit dipadatkan.

4. Penyiangan Dan Penyulaman

Penyiangan pertama dilakukan 1 bulan sesudah tanam berikutnya 3 bulan sekali atau 4 kali dalam setahun bergantung pertumbuhan gulma. Sementara penyulaman dilakukan jika ada bibit yang belum tumbuh atau mati dalam waktu satu bulan Sesudah tanam. Penyulaman sangat penting untuk mempertahankan jumlah populasi dan produksi. Bibit yang digunakan untuk penyulaman bisa berasal dari anakan yang sudah ditanam dan hidup disampingnya atau dari rumpun induk yang sejenis.

5. Pemupukan

Untuk menjaga kesuburan tanah dan kestabilan produksi, tanaman serai wangi butuh dipupuk. Pupuk berpengaruh pada produksi daun dan banyaknya minyak atsiri yang diperoleh per hektar (Rusli et al., 1990). Umur satu bulan sesudah tanam, beri pupuk Urea sebanyak 25 gram atau satu sendok makan per rumpun. Pupuk diberikan dengan cara melingkari rumpun sejarak 25 cm atau satu jengkal. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan pengemburan. Dosis pupuk yang dipakai bergantung dari kondisi tanah baik sifat fisik maupun kesuburannya. pupuk NPK (37 ; 65 ; 65) dengan dosis 150 - 200 kg/ha, 50 kg KCl/ha (Risfaheri, 1990). Pupuk kandang 2 kg per rumpun yang di berikan 6 bulan sekali.



Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama