Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur pangan dari kelompok Basidiomycota serta termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Tubuh buah jamur tiram mempunyai tangkai yang tumbuh menyamping dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Di alam bebas, jamur tiram dapat dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.
- Khasiat Luar Biasa Pare, Buah Ajaib yang Kurang Diminati
- Mengungkap Manfaat Luar Biasa dari Buah Nanas untuk Kesehatan
- Manfaat Akar Ginseng untuk Kesehatan
Budidaya jamur tiram cocok untuk daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Dilihat dari kemudahannya, budidaya jamur pula relatif fleksibel sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, kapan saja, dan tak mengenal musim.
Budidaya jamur bahkan bisa dijalankan dalam skala rumah tangga (kecil), menengah, hingga dengan teknologi modern untuk level industri.
Prospek bisnis budidaya jamur juga potensial. Pasalnya, jamur merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, memiliki cita rasa lezat, bergizi tinggi dan dapat digunakan sebagai makanan alternatif untuk pengobatan.
Cara Budidaya Jamur Tiram
Teknik budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pascapanen sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman.
1. Persiapan Penanaman Jamur Tiram
Beberapa peralatan yang perlu tersedia dalam budidaya jamur tiram di antaranya, yaitu rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Sebagai media tumbuh, serbuk gergaji berfungsi jadi penyedia nutrisi bagi jamur. Usahakan menggunakan serbuk gergaji dari jenis kayu yang keras, karena hal tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram.
Sebelum digunakan serbuk kayu perlu diberi kompos terlebih dahulu agar dapat terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur.
2. Sterilisasi Bahan
Tujuan strelirisasi ialah untuk mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi serta mengurangi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Strelirisasi dilakukan ke serbuk kayu dan dedak yang belum dicampur. Bahan-bahan itu disterilisasi menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat celcius.
3. Sterilisasi Baglog
Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dalam autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit.
Selain itu, sterilisasi baglog bisa juga dilakukan dengan memakai drum berkapasitas besar yang menampung 50-an baglog. Drum itu kemudian dipanaskan di atas kompor minyak atau bisa juga memakai oven.
4. Proses Penanaman dan Pemeliharaan
Hal penting yang mutlak harus dipenuhi dalam budidaya jamur tiram ialah permasalahan kebersihan. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu. Sementara bagian lantai dan dinding juga harus dibersihkan menggunakan disinfektan.
Tidak hanya itu, alat yang dipakai untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya memakai masker yang bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Suhu dan kelembaban ruang juga harus diperhatikan agar tetap pada standar yang dibutuhkan. Selain itu, hal lain yang patut dicermati ialah pengaturan sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati.
5. Pengendalian Hama Penyakit di Budidaya Jamur Tiram
Dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram.
Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri, sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan bisa berbeda-beda.
6. Proses Panen dan Pascapanen
Panen jamur tiram biasa dilakukan dalam jangka waktu sekitar 40 hari setelah pembibitan, atau setelah tubuh buah berkembang maksimal (Sekitar 2-3 minggu usai tubuh buah terbentuk). Perkembangan tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai dengan meruncingnya bagian tepi jamur. Sementara itu, kriteria umum jamur tiram yang layak dipanen ialah berukuran cukup besar dan bertepi runcing, tetapi belum mekar penuh atau belum pecah.
Selanjutnya, penanganan pascapanen bertujuan untuk menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Tahap akhir ini bisa dilakukan dengan cara melakukan penyortiran dan pengemasan jamur tiram. Transportasi hasil panen jamur tiram juga perlu diperhatikan untuk menjaga kualitasnya.
Posting Komentar