Merica, atau lada hitam (Piper nigrum), sering kali hanya dianggap sebagai bumbu pelengkap. Padahal, bumbu kecil ini pernah menjadi alasan utama penjelajahan dunia dan perebutan wilayah pada abad ke-15. Dari dapur kerajaan hingga meja makan rumahan, merica telah menjadi pengubah rasa yang tak tergantikan.
Baca juga:
- Panen Semangka Lebih Cepat dan Berkualitas dengan Plastik UV
- Jade Vine, Keajaiban Bunga Warna Giok dari Hutan Tropis Filipina
- Bunga yang Bisa Dimakan: Cantik di Piring, Lezat di Lidah!
Rasanya yang pedas hangat dan aromanya yang khas berasal dari senyawa aktif bernama piperin. Senyawa ini tidak hanya memberikan rasa tajam, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan seperti meningkatkan metabolisme, membantu pencernaan, serta bersifat anti-inflamasi dan antioksidan.
Merica juga dipercaya membantu penyerapan nutrisi, terutama kurkumin dari kunyit, hingga 2000% lebih efektif. Inilah sebabnya merica sering dipadukan dalam ramuan herbal dan jamu.
Di Indonesia, merica tumbuh subur di berbagai daerah seperti Lampung dan Bangka Belitung. Dua wilayah ini dikenal sebagai penghasil merica berkualitas ekspor. Budidaya merica pun bernilai ekonomis tinggi dan berpotensi sebagai komoditas unggulan.
Sebagai bumbu serbaguna, merica cocok digunakan dalam hampir semua jenis masakan: dari sup, tumisan, daging panggang, hingga marinasi seafood. Cukup dengan taburan kecil, rasa dan aroma makanan bisa berubah drastis menjadi lebih kaya dan menggugah selera.
Merica adalah contoh sempurna bagaimana sesuatu yang kecil bisa punya dampak besar—baik dalam sejarah, kesehatan, maupun cita rasa.
Posting Komentar