Tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan tanaman yang termasuk anggota famili Araceae ataupun bunga bangkai. Tanaman ini tersebar ke sejumlah wilayah di Indonesia dengan berbagai macam sebutan yang berbeda-beda. Mulai dari iles-iles, iles kuning, acung, hingga disebut acoan. Sejak zaman penjajahan dari Jepang, masyarakat Indonesia yang tinggal di sekitar area hutan, dipaksa untuk memperoleh tanaman porang untuk bisa memenuhi kebutuhan bahan pangan serta industri bagi para tentara Jepang.
Meskipun telah lama dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tetapi aspek penjualan serta bisnisnya tak berkembang pesat. Padahal tanaman porang ini merupakan bahan utama pembuatan mi yang rendah kalori yaitu mi shirataki. Melansir dari berbagai sumber di laman, berikut ini cara budidaya tanaman porang dari berupa biji hingga sampai panen.
1. Pengolahan tanah/persiapan tanah
Tanaman porang akan bisa tumbuh subur di tanah yang cukup gembur. Ada dua cara untuk bisa mempersiapkan pengolahan tanah sebelum ditanami bibit. Jika bibit berasal dari umbi maka perlu dibuat berupa lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 45 cm, jarak di antara lubang tanam 90 x 90 cm. Tetapi, apabila anda menginginkan tanaman porang menghasilkan ubi yang berukuran kecil sampai sedang, maka jarak antar lubang tanam tersebut dikurangi menjadi 60 x 60 cm.
Sebelum akan ditanami bibit, lebih dulu lubang tanam tersebut ditutup dengan lapisan tanah di bagian atas (topsoil) serta pupuk organik (kompos atau pupuk kandang). Dalam prakteknya tanaman porang bisa ditanam di bawah naungan tanaman lain, misalnya di bawah pohon jati, sengon ataupun pohon mahoni.
Baca Juga:
- Tanaman Widuri Diabaikan Tetapi Mempunyai Berbagi Manfaat
- Simak Yuk! Fakta Menarik dari Kentang!
- Timun Dari Jepang Ini Ternyata Sangat Bermanfaat Loh! Yuk Ketahui!
2. Bibit
Pada umumnya, bibit yang digunakan berasal dari ubi batang ataupun potongan ubi yang mempunyai titik tumbuh. Umbi atau potongan ubi yang digunakan sebagai bibit hendaknya berukuran cukup besar, karena jika terlalu kecil, untuk tumbuh serta menghasilkan ubi yang besar membutuhkan 2 sampai 3 musim tanam. Ukuran ubi ataupun potongan ubi yang akan dijadikan bibit sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman.
Semakin besar potongan ubi yang digunakan sebagai bibit, akan bisa meningkatkan tinggi tanaman (batang semu) serta hasil ubi. Umumnya, bibit yang berukuran berat 500 gr, ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm tergolong kondisi ideal dalam memproduksi ubi tanaman porang. Sedangkan ubi yang berukuran 200 gr ditanam dengan jarak 30 x 30 cm. Ubi lantas ditanam dengan kedalaman yang kurang lebih 10 sampai 15cm.
Untuk mencegah bibit menjadi rusak akibat dari serangan patogen jamur tanah, baiknya pada saat sebelum tanam bibit direndam didalam larutan campuran fungisida mankozeb (0,2%) +insektisida monokrotofos (0,05%) selama sekitar 10 menit serta dikeringanginkan pada kondisi yang ternaungi selama 24 jam.
3. Jarak tanam
Jarak tanam dihitung berdasarkan umur panen yang akan diinginkan. Apabila ingin panen di usia 8 bulan pertama, maka ada baiknya jarak tanamnya 30x30 cm. Tetapi, jika ingin dipanen di tahun kedua maka jarak tanamnya 45 x 45 cm. Kemudian, jika ingin dipanen di tahun ketiga maka jarak tanamnya berukuran lebih lebar yakni 60x60cm.
4. Kedalaman tanam
Kedalaman tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan serta hasil ubi. Secara umum makin dalam bibit ditanam akan semakin menghambat pertumbuhan dari anakan ubi. Misalnya, pada kedalaman 30 cm, sebagian besar dari ubi akan bisa memanjang menjadi pyriform. Umumnya, kedalaman tanam sekitar 10 cm dari permukaan tanah tergolong cukup ideal untuk penanaman porang. Walaupun begitu, kedalaman tanam biasanya ditentukan oleh ukuran bibit yang akan digunakan.
5. Pupuk
Tanaman porang memerlukan proses pemupupukan dengan pupuk kandang (5 t/ha) untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Apabila menggunakan pupuk anorganik, digunakan dosis N: P2 O5 : K2 O seberat 40:40:80 kg/ha atau 40:60:45 kg/ha, yang diberikan pada 45 hari setelah masa tanam. Satu bulan berikutnya tanaman dipupuk lagi sebagai top dressing dengan 40 kg N, 50 kg P2 O5, 50kg K2 O/ha, bersamaan dengan proses pengendalian gulma.
Peningkatan pupuk N dari 100 kg menjadi 200 kg/ha atau K2 0 dari 75 kg menjadi 150 kg/ha akan bisa meningkatkan tinggi tanaman serta produksi ubi. Peningkatan pupuk N dari 50 kg menjadi 150 kg/ha dapat meningkatkan pertumbuhan umbi 10,6-27,6% selama enam bulan periode masa pertumbuhan. Rata-rata berat umbi/tanaman meningkat 21,3% dengan meningkatnya aplikasi N dari 50 menjadi 150 kg/ha.
6. Penyiangan
Penyiangan gulma baiknya dilakukan di awal pertumbuhan pada tanaman sebelum kanopi akan tertutup. Biasanya dilakukan secara manual di umur 30,60, serta 90 hari sesudah ditanam. Selain dengan cara menggemburkan tanah, penyiangan juga bisa dilakukan dengan cara menyemprotkan cairan herbisida.
Ingin tanaman bebas gulma? Coba gunakan Plastik Mulsa agar tehindar dari gulma, Info harga Klik Disini
7. Pengelolaan air
Walaupun tanaman porang umumnya hidup di lahan yang kering, tapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal, kelembapan tanah harus dijaga terutama di awal masa pertumbuhan pada tanaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika kandungan air kurang dari 40% kapasitas air lapang, maka akar akan jauh lebih cepat kering jika dibandingkan kondisi normal. Tanaman masih bisa mentolerir kondisi tercekam akan kekurangan air selama 30 sampai 60 hari, tetapi lebih dari periode tersebut akan bisa mengurangi hasil ubi.
Konservasi kelembaban dengan cara pemberian mulsa, dapat mendorong perkecambahan bibit ubi, pembentukan kanopi yang lebih besar, tinggi tanaman, serta hasil ubi yang lebih tinggi. Sementara itu, pengairan yang sering dan teratur akan bisa menghasilkan daun yang berukuran besar serta masa hidup yang lebih panjang dibandingkan pada kondisi pengairan yang terbatas.
8. Panen
Tanda tanaman porang siap dipanen adalah daunnya yang mengering dan jatuh ke tanah. Baiknya panen dilakukan di musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juni. Panen perlu dilakukan secara hati-hati untuk bisa menghindari luka pada ubi, dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar tanaman baru untuk mengambil ubinya.
Posting Komentar